Salep
adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada
kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa
dibagi dalam empat kelompok yaitu dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar
salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan dasar salep
larut dalam air. Salep obat menggunakan salah satu dari dasar salep
tersebut (FI IV, hal. 18).
1. Penggolongan Salep
1.1Berdasarkan Kerja Farmakologi (Art of Compounding, hal 339), ada 3 golongan:
a.Salep Epidermik
•Salep ini dimaksudkan hanya bekerja dipermukaan kulit untuk menghasilkan efek lokal.
•Diharapkan
tidak diserap dan hanya berlaku sebagai pelindung, antiseptik,
astringen melawan rangsangan (yaitu sebagai anti radang) dan parasitida.
•Dasar salep yang sering dipakai adalah vaselin.
b.Salep Endodermik
•Dimaksudkan untuk melepaskan obat ke kulit tetapi tidak menembus kulit, diserap sebagian saja.
•Salep ini dapat berlaku sebagai emolien, stimulan dan lokal iritan
•Dasar salep terbaik yang digunakan adalah minyak tumbuhan dan minyak alami.
c.Salep Diadermik
•Salep
ini dimaksudkan untuk melepaskan obat menembus kulit dan menimbulkan
efek konstitusi (efek terapi yang diinginkan). Namun hal ini tidak lazim
digunakan dan termasuk pemakaian khusus obat-obat seperti senyawa
raksa, iodida dan belladona.
•Dasar salep yang terbaik digunakan adalah lanolin, adeps lanae dan oleum cacao.
1.2Berdasarkan Penetrasi (RPS 16, 1518-1519), salep dikelompokkan menjadi :
a.Mempunyai efek permukaan
Mempunyai
efek permukaan, memiliki aktivitas membentuk lapisan film yang
bertujuan untuk mencegah hilangnya kelembaban (sebagai protektif), efek
membersihkan ataupun sebagai antibakteri. Pembawa (basis) harus dapat
memudahkan kontak dengan permukaan dan melepaskan zat aktif ke sasaran.
b.Mempunyai efek pada stratum korneum
Contoh salep dengan efek ini adalah sediaan sunscreen yang mengandung asam p-amino benzoat yang berpenetrasi ke stratum korneum.
c.Mempunyai efek epidermal
Pada salep ini obat/zat aktif dapat penetrasi kelapisan kulit yang paling dalam.
2. Persyaratan Salep (Repetitorium Teknologi Sediaan Steril, Benny Logawa,46)
•Bersifat
plastis mudah berubah bentuk dengan adanya energi mekanis, seperti
penggosokan pada saat penggunaannya, sehingga mudah menyesuaikan dengan
profil permukaan tubuh tempat salep digunakan.
•Memiliki struktur gel yang memungkinkan bentuknya stabil saat penyimpanan dan setelah digosokkan pada kulit
•Ikatan
pembentukan struktur gel berupa ikatan van der walls yang bersifat
reversibel secara teknis, sehingga viskositas salep akan menurun dengan
meningginya suhu. Hal ini diharapkan terjadi pada saat salep digosokkan
pada kulit.
•Harus
memiliki aliran tiksotropikagar setelah digosokkan pada kulit dapat
membentuk kembali viskositas semula, hal ini mencegah mengalirnya salep
setelah digososkkan pada kulit.
3.Aturan Umum Salep
Van Duin hal 115-122, Ilmu Meracik Obat, hal. 55
•Zat yang dilarutkan dalam dasar salep dilarutkan bila perlu dengan pemanasan rendah.
Pada
umumnya kelarutan obat yang ditambahkan dalam salep lebih besar dalam
minyak lemak daripada dalam vaselin misalnya kamfora, mentol, fenolum,
timolum dan guayakolum dilarutkan dengan cara digerus dalam mortir
dengan minyak lemak. Bila dasar salep mengandung vaselin, zat-zat
digerus halus, dan ditambahkan sebagian (kira-kira sama banyak) vaselin
sampai homogen, baru ditambahkan sisa vaselin dan dasar salep yang
lain. Kamfora dilarutkan dalam spritus fortior secukupnya sampai larut
baru ditambah dasar salep sedikit demi sedikit.
•Zat
yang mudah larut dalam air dan stabil, serta dasar salep mampu
mendukung/menyerap air tersebut, dilarutkan dulu dalam air yang
tersedia, setelah itu ditambahkan bagian dasar salep yang lain.
Contoh zat yang melarut dalam air adalah kalium iodide, tanin, natrium
penisilin. Dasar salep yang menyerap air adalah adeps lanae, unguentum
simplex, dan dasar salep hidrofilik. Dasar salep yang sudah mengandung
air adalah lanolin (25% air), unguentum liniens (25%), unguentum
cetylicum hydrosum (40%).
•Zat yang tidak cukup larut dalam dasar salep, lebih dulu diserbuk dan diayak dengan derajat ayakan 100.
Contohnya : ZnO dan Acidum boricum. Zat yang telah diserbuk dicampur
dengan dasar salep (sama banyak), bila perlu dasar salep dilelehkan
dahulu (dalam mortir dan stamper panas), setelah itu ditambahkan
bahan-bahan lain sedikit demi sedikit sambil digerus, untuk mencegah
pengkristalan pada waktu pendinginan seperti Cera flava, Cera alba,
Cetylalcoholum dan Parafinumsolidum tidak tersisa dari dasar salep yang
cair dan lunak. Asam borat tidak boleh dengan pemanasan.
•Bila dasar salep dibuat dengan peleburan, maka campuran tersebut harus diaduk sampai dingin.
Bila
bahan-bahan dari salep mengandung kotoran, maka masa salep yang meleleh
perlu dikolir (disaring dengan kain kasa). Masa kolatur ditampung dalam
mortar panas dan diaduk sampai dingin. Pada pengkoliran ini terjadi
masa yang hilang, maka bahan-bahannya harus dilebihkan 10-20%.
4. Tujuan Pembuatan Salep
•Pengobatan lokal pada kulit
•Melindungi kulit (pada luka agar tidak terinfeksi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar